Menjadi Mekanik Motor

Mekanik


Bimocorner-tidak pernah mengira bahwa takdir membawa saya menjadi seorang yang bekerja dalam bidang perbengkelan. Sebuah pekerjaan yang memerlukan otot, otak dan juga kesabaran dalam mengatasi permasalahan pada motor maupun pemiliknya.

Jika menilik lagi buku sejarah yang tertulis dalam hidup saya, maka tidak pernah ada kata 'tertarik' dengan dunia yang penuh kunci, oli, dan juga besi-besi alumunium. 

Karena dulu diwaktu masih kecil, saya memiliki mimpi menjadi seorang pengusaha restoran sukses. Ini berdasar pada hobi makan yang sudah saya geluti sejak kecil, dan sering sekali diajak bapak untuk makan siang di warung tegal dekat sekolah.

Darisana, pikiran saya berimajinasi cukup liar dan agak nyeleneh, "enak juga ya kalau punya warung makan gini ? Bisa makan sepuasnya". Namun seperti halnya cita-cita manusia lainnya, maka akan berganti seiring dengan fakta-fakta yang ada selama menjajaki kehidupan.

Seperti fakta bahwa mendirikan warung makan itu tidak murah, tidak bisa hanya dengan uang sejuta-dua juta saja. Harus memikirkan biaya sewa tempat, biaya kulakan bahan-bakan masakan, biaya karyawan, tabung elpiji dan masih banyak lagi.


Karena saya bukan anak yang dilahirkan dengan kereta bayi berharga ratusan juta. Jadi mimpi kecil itupun pupus begitu saja, dan beralih ke cita-cita lainnya yang tercipta karena melihat sesuatu yang menarik.

Namun seingat saya, tidak ada cita-cita menjadi seorang mekanik motor. Mohon maaf bukan bermaksud mengecilkan pekerjaan tersebut, tapi memang sejak kecil, saya tidak memiliki minat kedunia roda dua ataupun roda empat.

Bahkan dulu kakak laki-laki saya (Orang Jawa menggunakan panggilan mas) yang memiliki hobi mengoleksi majalah-majalah modifikasi motor tidak pernah menarik perhatian saya. Anak kecil ini malah tidak paham apa estetika dari motor yang di airbrush, dibuat dengan kaki-kaki tidak normal pada umumnya, dan beberapa ubahan lainnya.

Namun, semua itu seakan berubah setelah...saya lanjutkan pada artikel kedua saja ya mazbroo. Sudah pegal-pegal juga nulis seharian, dan karena ini edisi curhatan, jadi dibuat santai saja.